Rabu, 02 Juli 2014

Sedih karena kehilangan? Emang punya siapa?

(untuk perenungan)

 Sedih karena kehilangan? Emang punya siapa?


(Hiks) Saya jadi teringat bahwa kejadian ini, bisa jadi merupakan bentuk pengabulan doa dari Allah. Yah, beberapa hari sebelumnya. Saya merasakan kejenuhan rutinitas yang teramat sangat. Kehidupan baik-baik saja tapi 'flat' alias datar atau lempeng saja. Saya masih ingat persis, kala itu saya bertutur, "Ya Allah, hidup kok rasanya datar banget nih ya Allah. Pengeeeen deh rasanya agak 'berwarna' gitu" Sebetulnya itu bukan doa, hanya sekedar ucapan keluhan iseng saja. Tapi, taraaa!! Allah mengabulkan.
Betul, akhirnya hidup saya jadi benar-benar berwarna. Sangat berwarna, karena jadi harus mampir-mampir ke berbagai instansi (Kepolisian, Kelurahan, Kecamatan, University Centre, Kantor Pajak, dan berbagai Bank) untuk mengurusi pelaporan dan duplikasi kartu-kartu penting yang hilang. Betulan jadi sangat berwarna karena ketemu banyak orang, dihadapkan pada alur birokrasi yang seringnya bikin bingung. Luar biasa berwarna. Dikabulkan.
Masih dalam kondisi shock, saya tiba di rumah. Kala itu manusiawi. Saya ingin menangis. Ketika saya masuk rumah, ternyata ada seorang sahabat berkunjung, dan sudah menunggu sejak saya berangkat. Tanpa tegur sapa, saya langsung nyerocos kayak ember bocor.
"Dompet aku hilang cobaaa. Tadi di jalan waktu naik motor, aku lupa resletingkan tas, dompetnya jatuh. Hilang semuaaa". Heboh dan sedikit terisak karena mata mulai berair. Sahabat saya pun kaget. Tapi tak lama langsung berubah wajahnya jadi tersenyum.
"Apa yang hilang"
"Dompet"
"Apa yang hilang"
"Dompet!!"
"Apa? Sekali lagi"
"DOMPET!!! Isinya ada kartu-kartu penting dan juga uang"
Sahabat saya menjeda kalimatnya dan tersenyum semakin lebar.
"Neng, kita enggak akan pernah kehilangan apa-apa".
Saya terdiam, belum faham.
Sahabat saya melanjutkan ucapannya, "Kan semua milik Allah. Kita Cuma dipinjamkan. Kalau segalanya milik Allah, boleh dong Allah ambil lagi. Caranya pun suka-suka Allah. Kok bisa-bisanya ngerasa kehilangan atas sesuatu yang bukan milik sendiri"
JLEB JLEB JLEB!!!
Masya Allah. Malu rasanya. Malu sudah sombong, merasa yang ada adalah milik diri. Padahal sejatinya diri ini terlahir tidak punya apa-apa. Segala kelengkapan yang diperoleh seiring perjalanan pun sejatinya hanyalah titipan. Ia melengkapi diri supaya diri semakin yakin bahwa hidup harus berguna, berdampak dan bermanfaat. Tak satupun pantas dikatakan milik diri. Bahkan raga yang melekat ini pun bukan. Lalu, bila raga yang jelas membersamai ini pun bukan milik diri, apalagi yang diluar diri.
Akhirnya saya tersadar bahwa sesungguhnya saya belum pernah kehilangan apa-apa dan tidak akan pernah kehilangan apa-apa. Semua adalah milik Allah. Adapun bentuk kehilangan paling nyata adalah kehilangan iman, bukan dunia. Sebab iman adalah satu-satunya perekat antara diri dan Pencipta. Hilang iman, barulah hilang segala. Selainnya? Tidak ada kehilangan.
Bahkan hilangnya sesuatu yang teramat dicintai pun, jika itu di dunia, maka ia hanyalah sebuah pelajaran berharga bahwa memang taka da satupun yang kita miliki, semua pasti kembali.

"Saya, belum pernah kehilangan. Dan tidak akan pernah kehilangan"


(from Febrianti Almeer)

pulsk